Salah satu isu yang menarik dan menjadi bola panas di kalangan masyarakat menuju akhir tahun ini adalah resesi. Cukup banyak podcast, diskusi forum, hingga wawancara mengangkat isu resesi ekonomi yang akan terjadi tahun depan. Anda ikut panik dengan hal ini?
Tarik napas yang dalam dan hembuskan perlahan. Sebelum Anda merasa panik, akan lebih baik jika kita memahami bersama apa itu resesi. Dampaknya seperti apa? Tanda-tandanya apa saja?
Resesi dan Penyebabnya
Resesi adalah menurunnya aktivitas ekonomi secara signifikan dalam jangka waktu yang lama dan stagnan atau terus-menerus. Waktu terjadinya kondisi ini sejujurnya tidak bisa diprediksi, durasinya bisa memakan waktu berbulan-bulan atau justru tahunan.
Lalu apa penyebabnya?
Pada dasarnya, ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab resesi ekonomi, yakni:
● Kondisi Ekonomi yang Memburuk
Kita tidak bisa menutup mata pada keadaan ekonomi dunia saat ini. Pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun 2020 terus menggerogoti finansial berbagai negara. Daya beli masyarakat menjadi melemah dan bahkan negara mengalami penumpukan utang.
● Inflasi
Masih terkait dengan pandemi Covid-19 dua tahun terakhir yang memporak-porandakan perekonomian dunia, terjadinya inflasi karena harga komoditas energi yang melambung menjadi dampak nyata di masyarakat. Akibatnya harga barang dan jasa makin naik. Tingginya kenaikan harga ini tidak diiringi dengan kenaikan upah sehingga daya beli masyarakat makin lemah.
● Kenaikan Suku Bunga
Salah satu kebijakan bank sentral dunia kali ini adalah menaikkan suku bunga acuan. Alasannya gejolak inflasi terus-menerus terjadi.
Naiknya suku bunga ini sebenarnya berfungsi untuk melindungi nilai mata uang. Namun, di sisi lain suku bunga yang naik justru membebani para peminjam dana sehingga berujung pada kredit macet.
● Deflasi
Tidak hanya inflasi, deflasi juga bisa memicu resesi ekonomi. Ketika deflasi terjadi, mungkin daya beli meningkat. Namun, penyedia barang dan jasa akan merugi.
Selain itu, ada faktor masyarakat akan menunda pembelian hingga harga mencapai angka terendah. Penundaan ini bisa merusak ekonomi secara keseluruhan.
● Panic Selling Investor
Ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di bidang ekonomi, biasanya para investor akan mengambil keputusan gegabah. Salah satunya adalah panic selling yang merusak pasar.
Tanda-Tanda Resesi Ekonomi
Kondisi resesi bisa Anda lihat ketika muncul beberapa tanda berikut ini.
● Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Saat produksi berlebihan, sedangkan daya beli rendah, maka bisa memicu penumpukan stok. Sebaliknya, saat konsumsi terlalu tinggi, ini bisa mendorong terjadinya impor. Ketidakseimbangan ini bisa berakibat pada pengeluaran yang tidak terkontrol maupun laba produsen yang makin rendah.
● Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Salah satu aktivitas yang memengaruhi kondisi ekonomi negara adalah besarnya impor dan ekspor. Ketika nilai impor lebih besar dari ekspor, ini adalah salah satu tanda resesi. Risiko dari impor yang terlalu besar ini bisa membuat anggaran negara defisit sehingga pendapatan nasional turun.
● Lapangan Kerja Makin Berkurang
Tingkat pengangguran bisa jadi indikator lemahnya ekonomi suatu negara. Ketika banyak orang di-PHK dan menganggur, angka kriminalitas bisa meningkat. Ini bisa berakibat pada mundurnya investor untuk menanam modal sehingga berbagai aktivitas ekonomi ikut terdampak.
● Pertumbuhan Ekonomi yang Negatif
Faktor pandemi Covid-19 membuat banyak negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif secara berturut-turut. Ini adalah tanda lain dari resesi. Faktor yang memengaruhi cukup banyak, mulai dari kebijakan pengeluaran, konsumsi, investasi yang tidak stabil, dan lain sebagainya.
Dampak Resesi Ekonomi
Pada dasarnya ada tiga pihak yang terdampak oleh resesi ekonomi, yakni pemerintah, pengusaha, dan juga pekerja. Lebih jauh, Anda bisa melihat dampaknya masing-masing di bawah ini.
● Pengusaha
Sektor bisnis apa pun rata-rata akan terdampak oleh resesi ekonomi. Ini karena daya beli masyarakat turun dan pendapatan juga makin kecil. Ini bisa memengaruhi kondisi keuangan perusahaan dan berpotensi mengakibatkan pailit.
● Pekerja
Saat kondisi ekonomi tidak stabil atau tidak memungkinkan, perusahaan akan melakukan efisiensi. Salah satunya dengan mengurangi biaya operasional dengan menutup area bisnis, PHK karyawan, dan juga pemotongan upah.
● Pemerintah
Dampak resesi ekonomi terhadap pemerintah terkait dengan pendapatan pajak dan nonpajak. Daya beli yang rendah di kalangan masyarakat memicu turunnya jumlah PPN yang disetor ke kas negara. Sementara itu, pemerintah juga tetap harus berupaya untuk menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai cara.
Kondisi resesi memang terlihat cukup menakutkan. Namun, Anda tidak perlu terlalu khawatir. Perbanyak saving dan kelola keuangan sebaik-baiknya agar bisa menyongsong tahun depan dengan lebih baik.
DAFTAR ISI